Minggu, 06 Juli 2014

Soalnya adalah Cinta


soalnya adalah cinta
Hanya karena engkau memiliki pesona, maka engkau bisa mencintai dan mengawini semua perempuan. Untuk membangun hubungan jangka panjang , pesona fisik , jiwa , akal , dan ruh harus terpadu untuk menciptakan daya tarik dan daya rekat yang permanen.
Tapi , serupa berlian , tidak semua orang mengenalnya dengan baik . makanya banyak yang tak menghargainya. Sedang sebagian lainnya menganggapnya terlalu jauh untuk dijangkau , bagai pungguk merindukan bulan.
Pengandaian seperti itulah yang membuat Aisyah kali ini dilanda gundah. Pasalnya, umar bin khattab, hendak melamar adiknya, ummu kultsum. Dan tidak ada alasan untuk menolak lamaran umar , kecuali bahwa abu bakar sang ayah yang juga khalifah pertama telah mendidik putri-putrinya dengan penuh kasih sayang dan kemanjaan. Karena itu, Aisyah merasa adiknya tidak mampu menyesuaikan diri dengan pembawaan umar yang kuat dan kasar. Pun ketika Abu bakar meminta pendapat Abdurahman bin Auf tentang kemungkinan penunjukan umar sebagai khalifah, beliau menjawab ; “ Dia yang paling layak kecuali bahwa dia kasar. “
Al-Madini menceritakan kisah ini dalam Tarikh Ath-Thabari , ketika dilamar umar, Ummu Kultsum binti Abu Bakar masih kanak-kanak. Umar menyampaikan cintanya kepada Ummu Kultsum melalui perantara Aisyah, saudari Ummu Kultsum sendiri.
Setelah menyampaikan maksud Umar kepada adiknya, Aisyah hanya berkata, “Keputusannya terserah engkau “. Ummu Kultsum pun mencurahkan isi hatinya pada saudari nya, “wahai kakakku, sungguh aku sulit untuk mencintainya.” Jawab Ummu Kultsum. “Dinda , apakah engkau tidak menyukai seorang Amirul Mukminin?” tanya Aisyah . “Bagaimana benih cinta itu bisa tumbuh dari relung-relung jiwaku, sementara dia adalah seorang khalifah yang sangat tegas kepada siapa saja termasuk kepada istri-istrinya.” jawabUmmu Kultsum.
Mendengar penuturan Ummu Kultsum , Aisyah kemudian menyuruh adiknya menemui Amr bin Al-Ash . setelah diceritakan permasalahannya,”cukup , aku sudah memahaminya,” kata Amr. Lalu Amr pun menemui Umar , Wahai Amirul Mukminin! Ada sebuah berita tentangmu sampai padaku.” Kata Amr. “berita apakah itu?” tanya Umar. “benarkah engkau melamar Ummu Kultsum binti Abu Bakar?” tanya Amr. “betul” , jawab Umar.” Apakah engkau tidak menyukainya untuk bersanding denganku, atau engkau tidak menyukaiku untuk bersanding dengannya?” tanya Umar.
“sama sekali bukan itu permasalahannya, wahai sang khaifah,” kata Amr tenang, “ Ummu kutsum itu masih kanak-kanak. Ia dibesarkan dibawah asuhan kakaknya, Ummul mukminin Aisyah dengan lemah lembut. Sementara engkau adalah orang yang tegas. Kami sangat menyeganimu dan kami tidak bisa mengubah tabiatmu. Bagaimana jika ia menyalahi perintahmu, apakah engkau akan memaksanya? Jika begitu, berarti engkau telah menyalahi Abu bakar dalam hal putrinya yang tidak berhak engkau lakukan padanya,” kata Amr menjelaskan. “bagaimana keputusan Aisyah soal perkara ini aku telah berbincang-bincang dengannya.” Tanya Umar.” Aku diminta untuk berbicara padamu. Maukah engkau aku tunjukkan perempuan yang lebih serasi denganmu? Ia adalah Ummu kultsum binti Ali bin abi thalib. Darinya , engkau akan menyambung keturunan dari Rasulullah ,” jawab Amr.
Atas saran Amr sang khalifah menikah dengan Ummu kultsum binti Ali bin abi thalib, bukan Ummu kultsum binti Abu bakar. Dari pernikahannya, kemudian lahir putra-putri masing-masing bernama zaid dan Ruqayyah. Begitulah, bahwa setiap jiwa itu akan menemukan pasangannya.
Sejarah mencatat bahwa keduanya adalah pasangan yang sangat berbahagia. Bahkan, aisyah pernah berkata tentang Umar setelh pernikahannya dengan Ummu kultsum, “ demi allah, umar adalah salah satunya yang memiliki struktur yang sempurna.”
Begitu berbahagia Ummu kultsum mendapatkan suami yang allah jadikan sebagai orang yang memperkokoh agama nya. Dengannya, allah  taklukkan negri-negri dan allah tundukan semua rakyat di hadapannya. Tapi, Ummu kultsum tidak pernah berpikir sedikitpun bahwa ‘matahari’ nya suatu ketika akan lenyap dari pandangannya. Ia begitu mencintai Umar seutuhnya, ketika tiba saatnya ‘ sang bintang ‘ itu terbenam.sinarnya yang memancar terang akhirnya padam.

Ketika umar berangkat ke mesjid menunaikan shalat subuh, ia tidak mengetahui kalau itulah kali terakhir ia melihat suaminya. Sebab tanpa ia duga , seorang kafir majusi menikam umar saat sedang memimpin jamaah shalat subuh. Umar pun kembali ke sang pencipta, Allah yang mengabulkan doa-doa nya. Sewaktu hidup , Umar pernah berdoa , “ Ya allah , berikanlah karunia kepadaku untuk meninggal syahid dijalan mu ,dan jadikan lah kematianku (ya allah) di tanah Rasul-Mu.”  (Al- bukhari dan Muslim)  

Tidak ada komentar: