BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kebutuhan minyak pada masyarakat menyebabkan usaha untuk melakukan
inovasi-inovasi dalam pembuatan minyak. Masyarakat mulai mengolah sendiri
minyak tersebut secara tradisonal. Selain itu juga pengolahan minyak kelapa ini
juga ada yang telah modern dengan bantuan alat-alat yang canggih dalam suatu
pabrik yang besar.
Dalam melakukan pengolahan pada kelapa harus mengetahui
metode-metode yang harus di lakukan sehingga menjadikan hasil pembuatan minyak
dari kelapa itu agar hasilnya menjadi lebih baik menjadi lebih steril.
1.2 Tujuan
Mengupas
tentang minyak kelapa, tulisan kali ini akan membahas tentang cara-cara
pembuatan minyak kelapa, baik dilakukan secara modern ataupun tradisional. Mengetahui
manfaat dari minyak kelapa. Dan kegunaanya dalam kehidupan sehari-hari.
Pentingnya mengetahui tata cara pembuatan minyak dari kelapa.
BAB II
ISI
2.1 Pembuatan Minyak Kelapa
Minyak kelapa merupakan bagian paling berharga
dari buah kelapa. Kandungan minyak pada daging buah kelapa tua adalah sebanyak
34,7%. Minyak kelapa digunakan sebagai bahan baku industri, atau sebagai minyak
goreng. Minyak kelapa dapat diekstrak dari daging kelapa segar, atau diekstrak
dari daging kelapa yang telah dikeringkan (kopra). Untuk industri kecil yang
terbatas kemampuan permodalannya, disarankan mengekstrak minyak dari daging
buah kelapa segar. Cara ini mudah dilakukan dan tidak banyak memerlukan biaya.
Kelemahannya adalah lebih rendahnya rendemen yang diperoleh.
Pembuatan minyak kelapa diawali dengan
pembuatan santan kelapa yang merupakan cairan hasil ekstraksi dari kelapa parut
dengan menggunakan air. Bila santan didiamkan, secara pelan-pelan akan terjadi
pemisahan bagian yang kaya dengan minyak (disebut krim) dengan bagian yang miskin
dengan minyak(disebut skim).
Krim lebih ringan dibanding skim sehingga krim
berada pada bagian atas dan skim di bawah. Minyak kelapa dapat dibuat dengan
berbagai cara, salah satu caranya disebut Cara Basah yang relatif sederhana.
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan
minyak dari bahan yang mengandung minyak. Ada tiga proses pengolahan minyak
kelapa yang umumnya dilakukan yaitu; metode ekstraksi, yaitu proses basah (wet
process), proses kering dengan tekanan, dan proses dengsan pelarut (solvent).
Proses basah ditandai dengan penambahan air, sedangkan proses kering tanpa
penambahan air. Proses ekstraksi minyak kelapa umumnya membutuhkan dua bentuk
energi, yaitu energi mekanis dan energi panas (termal). Energi mekanis
berfungsi untuk memecahkan dinding sel, sedangkan energi panas selain utnuk
merusak dinding sel juga untuk menurunkan kekentalan (viskositas) minyak dan
mengatur kadar airnya.
Ketiga metode tersebut secara spesifik
menggunakan panas, yang bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel
dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak
yang terkandung di dalamnya.
2.2
Teknik Pembuatan Minyak Kelapa
Minyak kelapa
merupakan minyak yang dihasilkan dari daging buah kelapa. Secara umum
pembuatan minyak kelapa terbagi menjadi beberapa macam yaitu:
1. Cara
kering.
2. Cara
basah
3. Cara Pres
4. Cara
ekstraksi Pelarut
1)
Cara kering
Metode
pembuatan minyak kelapa dengan cara kering, terlebih dahulu daging buah kelapa
dibuat dalam bentuk kopra. Untuk dibuat dalam bentuk kopra, maka daging
buah kelapa dibuat menjadi kering dengan jalan menjemur pada terik matahari
atau dikeringkan melalui oven. Pengeringan daging kelapa dengan penjemuran
sangat tergantung pada kondisi cuaca, sehingga pengeringan akan lebih baik
ketika berada pada musim panas. Dan apabila pengeringan dilakukan pada
musim penghujan, proses pengeringan dapat memakan waktu yang lebih lama.
Waktu yang lama dalam proses pengeringan akan sangat mengganggu kualitas kopra
yang dihasilkan yang disebabkan karena adanya proses biologis.
Untuk proses
pengeringan dengan menggunakan oven akan lebih cepat dibandingankan dengan cara
pengeringan melalui penjemuran pada sinar matahari. Pengeringan dengan
menggunakan oven akan memakan biaya operasional yang lebih besar.
Adapun langkah-langkah pembuatan minyak kelapa dengan cara kering adalah sebagai berikut :
Adapun langkah-langkah pembuatan minyak kelapa dengan cara kering adalah sebagai berikut :
1. Kopra dicacah, kemudian dihaluskan
menjadi serbuk kasar.
2. Serbuk kopra dipanaskan, kemudian
dipres sehingga mengeluarkan minyak. Ampas yang dihasilkan masih mengandung
minyak. Ampas digiling sampai halus, kemudian dipanaskan dan dipres untuk
mengeluarkan minyaknya.
3. Minyak yang terkumpul diendapkan dan
disaring.
4. Minyak hasil penyaringan diberi
perlakuan berikut:
• Penambahan senyawa alkali (KOH atau
NaOH) untuk netralisasi (menghilangkan asam lemak bebas).
• Penambahan bahan penyerap (absorben)
warna, biasanya menggunakan arang aktif agar dihasilkan minyak yang jernih dan
bening.
• Pengaliran uap air panas ke dalam minyak
untuk menguapkan dan menghilangkan senyawa-senyawa yang menyebabkan bau yang
tidak dikehendaki.
5 Minyak yang telah bersih, jernih, dan tidak berbau dikemas di dalam kotak kaleng, botol plastik atau botol kaca.
5 Minyak yang telah bersih, jernih, dan tidak berbau dikemas di dalam kotak kaleng, botol plastik atau botol kaca.
2)
Cara Basah
a.Cara Basah Tradisional
Daging buah diparut,
kemudian ditambah air dan diperas sehingga mengeluarkan santan. Setelah itu
dilakukan pemisahan minyak dari santan dengan pemanasan. Santan dipanaskan
sehingga airnya menguap dan tinggal padatan yang menggumpal. Gumpalan padatan
ini disebut blondo (galendo). Minyak dipisahkan dari blondo dengan cara
penyaringan. Blondo masih banyak mengandung minyak sehingga masih bisa diambil
minyaknya dengan cara diperas.
b. cara basah
setrifugasi
Pemisahan minyak dari santan dapat dilakukan
dengan sentrifugasi. Santan diberi perlakuan sentrifugasi pada kecepatan
3000-3500 rpm sehingga terjadi pemisahan krim dari skim.
Selanjutnya krim diasamkan, kemudian diberi
perlakuan sentrifugasi sekali lagi untuk memisahkan minyak dari bagian bukan
minyak.
Pemisahan minyak dapat juga dilakukan dengan
kombinasi pemanasan dan sentrifugasi. Santan disentrifugasi untuk memisahkan
krim.
Setelah itu krim dipanaskan untuk menggumpalkan
padatan bukan minyak. Minyak dipisahkan dari bagian bukan minyak dengan cara
sentrifugasi.
Minyak yang diperoleh disaring untuk memperoleh
minyak yang bersih.
c. Cara Basah Fermentasi (Tanpa Menggunakan
Api)
Cara basah fermentasi agak berbeda dari cara
basah tradisional. Pada cara basah fermentasi, santan didiamkan untuk
memisahkan skim dari krim. Selanjutnya krim difermentasi untuk memudahkan
penggumpalan bagian bukan minyak (terutama protein) dari minyak pada waktu
pemanasan.
Mikroba yang berkembang selama fermentasi,
terutama mikroba penghasil asam. Asam yang dihasilkan menyebabkan protein
santan mengalami penggumpalan dan mudah dipisahkan pada saat pemanasan.
Siapkan tabung air mineral kemudian parut
beberapa buah kelapa dan diperas menjadi santan. Setelah itu santan diencerkan
dengan air dan dibiarkan selama 8 jam hingga terjadi pemisahan antara “santan
prima” dengan air. Santan prima (kental) itu, keasamannya diturunkan hingga
suasana asam (pH 4,2), dengan menggunakan cuka makan. Campuran ini kemudian
dibiarkan 12 - 24 jam. Dalam proses ini, santan prima terpisah menjadi tiga
bagian. Lapisan bawah berupa air, kemudian galendo dan di bagian atasnya minyak
murni. Minyak disaring dengan tisu atau kain kasa halus, lewat keran yang sudah
disiapkan sebelumnya. Minyak yang terkumpul, kemudian dihangatkan selama selama
15 menit ditambah antioksidan. Minyak yang dihasilkan, sudah dapat dikemas dan
dikonsumsi. Proses ini masih dapat dilanjutkan ke proses pembuatan minyak
berikutnya. Galendo atau blondo itu mengandung mikroba aktif untuk pembuatan
minyak fermentasi. Galendo cair disemprotkan ke seluruh permukaan dalam galon
dan dibiarkan hingga kering. Kemudian masukkan santan cair dan dibiarkan selama
12 jam dalam kehangatan temperatur kamar. Setelah kurun waktu itu, minyak akan
terpisah sendiri. Proses selanjutnya, seperti yang pertama yaitu dipanaskan
hingga panas kuku selama 15 menit, dan minyak yang dihasilkan siap dikemas.
d. Cara Basah Lava Process.
Cara basah lava process agak mirip dengan cara
basah fermentasi. Pada cara ini, santan diberi perlakuan sentrifugasi agar
terjadi pemisahan skim dari krim. Selanjutnya krim diasamkan dengan menambahkan
asam asetat, sitrat, atau HCl sampai pH 4. Setelah itu santan dipanaskan dan
diperlakukan seperti cara basah tradisional atau cara basah fermentasi. Skim
santan diolah menjadi konsentrat protein berupa butiran atau tepung.
e. Cara Basah
“Kraussmaffei Process”.
Pada cara basah
ini, santan diberi perlakuan sentrifugasi, sehingga terjadi pemisahan skim dari
krim. Selanjutnya krim dipanaskan untuk menggumpalkan padatannya. Setelah itu
diberi perlakuan sentrifugasi sehingga minyak dapat dipisahkan dari gumpalan
padatan. Padatan hasil sentrifugasi dipisahkan dari minyak dan dipres untuk
mengeluarkan sisa minyaknya. Selanjutnya, minyak disaring untuk menghilangkan
kotoran dan padatan. Skim santan diolah menjadi tepung kelapa dan madu kelapa.
Setelah fermentasi, krim diolah seperti pengolahan cara basah tradisional.
Metode pengasaman
Perusakan
protein atau denaturasi protein untuk dapat mendapatkan minyak kelapa dapat
dilakukan dengan cara pengasaman. Pada prinsipnya teknik pengasaman ini
adalah metode denaturasi protein dikarenakan terbentuknya ion zwitter pada
kondisi iso elektronik. Zwiter ion terbentuk karena molekul memiliki
adanya muatan yang berlawanan dimasing-masing ujungnya. Di dalam protein
sendiri sebenarnya mengandung gugus NH2 yang lebih memiliki muatan posotif dan
gugus karboksilat yang bermuatan negative. Untuk dapat mencapai
kondisi iso elektronik ini, maka santan dibuat dalam kondisi asam.
Biasanya pengaturan pH untuk mendapat kondisi iso elektrik yaitu pada pH 4,5
yang dilakukan dengan penambahan asam asetat (CH3COOH) atau yang sering dikenal
dengan cuka makanan.
Dengan cara pengasaman ini akan terbentuk tiga lapisan juga, dimana lapisan minyak berada paling atas, kemudian lapisan tengah protein dan lapisan bawah adalah air. Adapun minyak yang diperoleh dari cara pengasaman warna akan jernih.
Dengan cara pengasaman ini akan terbentuk tiga lapisan juga, dimana lapisan minyak berada paling atas, kemudian lapisan tengah protein dan lapisan bawah adalah air. Adapun minyak yang diperoleh dari cara pengasaman warna akan jernih.
Metode pemancingan
Cara
pemancingan pada pembuatan minyak kelapa merupakan pemecahan system emulsi
santan dengan mengatur memperbesar tegangan permukaan. Untuk dapat
memancing minyak keluar dari system emulsi digunakan umpan yang berupa minyak
juga. Penggunaan umpan akan sangat mempengaruhi hasil dari kualitas
minyak. Apabila umpan yang digunakan adalah minyak dengan kualitas yang bagus,
maka akan diperoleh minyak yang berkualitas bagus pula, akan tetapi sebaliknya
apabila minyak yang dijadikan umpan secara kualitas kurang bagus maka hasil
minyak yang didapat juga kualitasnya kurang bagus.
Teknik enzimatik
Teknik
enzimatik merupakan metode untuk denaturasi protein dengan bantuan enzim.
Beberapa jenis enzim yang dapat digunakan pada proses ini misalnya papain,
bromelain, poligalakturonase, alfa amylase, protease, atau pektinase.
Tahapan pembuatan minyak kelapa dengan cara enzimatik ini adalah dengan
pembuatan santan yang dihasilkan dari pemerasan menggunakan air kelapa.
Adapun tujuan penggunaan air kelapa adalah untuk mempercepat proses
penggumpalan. Santan selanjutnya ditambah dengan enzim yang akan
digunakan untuk proses fermentasi dengan jalan didiamkan selama satu
malam. Keesokan harinya dilakukan pemisahan antara minyak kelapa dengan
protein atau blondo.
Teknik pendinginan
Metode
pendinginan didasarkan pada perbedaan antara titik beku air dan titik beku
minyak. Titik beku minyak berada pada kisaran 15 oC sedangkan air
memiliki titik beku pada 0 oC, oleh karena itu pemakaian teknik pendinginan ini
minyak akan membeku terlebih dahulu dibandingkan air. Atau dengan kaya
lain minyak akan menggumpal lebih awal dan selanjutnya dapat dipisahkan dengan
komponen air.
Teknik mekanik
Teknik mekanik
dilakukan dengan maksud merusak protein dan air yang menyelubungi tetes-tetes
minyak. Caranya yaitu dengan memasukkan santan kedalam mixer atau terjadi
pengadukan. Dengan adanya pengadukan terus-menerus molekul air dan
molekul protein dapat rusak yang akhirnya tetes-tetes minyak dapat
keluar.
Teknik gelombang mikro
Penggunaan
gelombang mikro pada pembuatan minyak kelapa dimaksudkan untuk merusak susunan
protein karena adanya kombinasi orientasi molekul polar (protein dan air)
penyusun emulsi thermal. Karena kerusakan tersebut maka komponen minyak
akan keluar dari system emulsi.
3)
Cara Pres
Cara pres
dilakukan terhadap daging buah kelapa kering (kopra). Proses ini memerlukan
investasi yang cukup besar untuk pembelian alat dan mesin.
4)
Cara Ekstraksi
Pelarut
Cara ini
menggunakan cairan pelarut (selanjutnya disebut pelarut saja) yang dapat
melarutkan minyak. Pelarut yang digunakan bertitik didih rendah, mudah menguap,
tidak berinteraksi secara kimia dengan minyak dan residunya tidak beracun.
Walaupun cara ini cukup sederhana, tapi jarang digunakan karena biayanya
relatif mahal.
Cara Ekstraksi Pelarut
Untuk membuat
minyak dengan cara ekstraksi pelarut, daging buah kelapa juga dibuat dalam
bentuk kopra. Prinsip dari cara ini yaitu menggunakan pelarut yang
dapat melarutkan minyak. Adapun karakteristik pelarut yang digunakan
untuk ekstraksi minyak kelapa diantaranya bertitik didih rendah, mudah menguap,
tidak berinteraksi secara kimia dengan minyak dan residunya tidak beracun.
Urutan dari proses ekstraksi minyak kelapa dengan menggunakan bahan pelarut
yaitu:
1. Kopra dicacah, kemudian
dihaluskan menjadi serbuk.
2. Serbuk kopra ditempatkan
pada ruang ekstraksi, sedangkan pelarut pada ruang penguapan. Kemudian
pelarut dipanaskan sampai menguap. Uap pelarut akan naik ke ruang kondensasi.
Kondensat (uap pelarut yang mencair) akan mengalir ke ruang ekstraksi dan
melarutkan lemak serbuk kopra. Jika ruang ekstraksi telah penuh dengan
pelarut, pelarut yang mengandung minyak akan mengalir (jatuh) dengan
sendirinya menuju ruang penguapan semula.
3. Di ruang penguapan,
pelarut yang mengandung minyak akan menguap, sedangkan minyak tetap berada di
ruang penguapan. Proses berlangsung terus menerus sampai 3 jam.
4. Pelarut yang mengandung
minyak diuapkan. Uap yang terkondensasi pada kondensat tidak dikembalikan
lagi ke ruang penguapan, tapi dialirkan ke tempat penampungan pelarut.
Pelarut ini dapat digunakan lagi untuk ekstraksi. penguapan ini dilakukan
sampai diperkirakan tidak ada lagi residu pelarut pada minyak.
5. Selanjutnya, minyak dapat
diberi perlakuan netralisasi, pemutihan dan penghilangan bau. Meskipun cara
ini cukup sederhana, tapi jarang digunakan karena biayanya relatif mahal.
|
2.3 Pengolahan Minyak
Kelapa Murni
Dalam
kehidupan tradisional, buah kelapa merupakan sumber nutrisi yang berasal dari
buah dagingnya yang mengandung banyak santan dengan rasa gurih dan minyak. Di
beberapa kepulauan sekitar khatulistiwa, kelapa telah dikonsumsi dan
memperkaya makanan penduduk untuk berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus
generasi. Dari proses pembuatannya, minyak lapa umumnya dibagi ke dalam dua
tegori utama yaitu minyak kelapa biasa efined Bleached and Deodorized Oil/RBD
Oil) dan minyak kelapa murni (Virgin )conut Oin. Istilah virgin digunakan
untuk menununjukkan bahwa minyak yang dihasilkan dari bahan baku segar tanpa
proses penyulingan, tanpa pemanasan tinggi dan tanpa penggunaan bahan kimia,
. sedangkan RBD terbuat dari kelapa kering atau kopra. Minyak kelapa
konvensional digunakan sebagai minyak makan, sedangkan minyak kelapa murni
lebih diutamakan sebagai produk kesehatan dan kosmetika. Minyak kelapa murni
merupakan minyak kelapa yang diperoleh tanpa pemanasan dan tanpa proses
pemurnian kimiawi. Minyak kelapa murni memiliki kandungan asam laurat yang
sang at tinggi 5 - 55%). Asam laurat adalah lemak jenuh dengan rantai sedang
(jumlah karbonnya 12) yang biasa disebut dengan medim chain trigliceride
(MCT).
|
2.4 Minyak Buah Kelapa Sawit
Minyak
kelapa sawit diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit (Elaeis guinensis
JACQ}. Secara garis besar buah kelapa sawit terdiri dari serabut buah
(pericarp) dan inti (kernel). Serabut buah kelapa sawit terdiri dari tiga lapis
yaitu lapisan luar atau kulit buah yang diseb but pericarp, lapisan sebelah
dalam disebut mesocarp atau pulp dan lapisan paling dalam disebut endocarp.
Inti kelapa sawit terdiri dari lapisan kulit biji (testa), endosperm dan
embrio. Mesocarp mengandung kadar minyak rata-rata sebanyak 56%, inti (kernel)
mengandung minyak sebesar 44%, dan endocarp tidak mengandung minyak (6).
Minyak
kelapa sawit seperti umumnya minyak nabati lainnya adalah merupakan senyawa
yang tidak larut dalam air, sedangkan komponen penyusunnya yang utama adalah
trigliserida dan nontrigliserida (7).
Trigliserida Pada Minyak Kelapa Sawit.
Seperti
halnya lemak dan minyak lainnya, minyak kelapa sawit terdiri atas trigliserida
yang merupakan ester dari gliserol dengan tiga molekul asam lemak menurut
reaksi sebagai berikut ( 6,8 ) :
Bila
R, = RZ = R3 atau ketiga asam lemak penyusunnya Sama maka trigliserida ini
disebut trigliserida sederhana, dan apabila salah satu atau lebih asam lemak
penyusunnya tidak sama maka disebut trigliserida campuran.
Asam
lemak merupakan rantai hidrokarbon; yang setiap atom karbonnya mengikat satu
atau dua atom hidrogen ; kecuali atom karbon terminal mengikat tiga atom
hidrogen, sedangkan atom karbon terminal lainnya mengikat gugus karboksil. Asam
lemak yang pada rantai hidrokarbonnya terdapat ikatan rangkap disebut asam
lemak tidak jenuh, dan apabila tidak terdapat ikatan rangkap pada rantai
hidrokarbonnya karbonnya disebut
dengan asam lemak jenuh. Secara umum struktur asam lemak dapat digambarkan
sebagai berikut :
gliserida,
niakin tinggi titik beku atau titik cair minyak tersebut .Sehingga pada suhu
kamar biasanya berada pada fase padat. Sebaliknya semakin tidak jenuh asam
lemak dalam molekul trigliserida maka makin rendah titik helm atau titik.cair
minyak tersebut sehingga pada suhu kamar berada pada fase cair. Minyak kelapa
Sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.
Berikut ini
adalah tabel dari komposisi trigliseri da dan tabel komposisi asam lemak dari
minyak kelapa sawit.
Komposisi Trigliserida Dalam Minyak Kelapa Sawit. Trigliserida
|
Jumlah (%)
|
Tripalmitin
Dipalmito – Stearine
Oleo – Miristopalmitin
Oleo – Dipalmitin
Oleo- Palmitostearine
Palmito – Diolein
Stearo – Diolein
Linoleo - Diolein
|
3 –5
1 – 3
0 – 5
21 – 43
10 – 11
32 – 48
0 – 6
3 – 12
|
2.5
Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil)
1. Loading Ramp
Setelah buah disortir pihak sortasi, buah
dimasukkan kedalam ramp cage yang berada diatas rel lori. Ramp cage
mempunyai 30 pintu yang dibuka tutup dengan sistem hidrolik, terdiri dari 2 line
sebelah kiri dan kanan.
Pada saat pintu dibuka lori yang berada dibawah
cage akan terisi dengan TBS.
Setelah terisi, lori ditarik dengan capstand ke
transfer carriage, dimana transfer carriage dapat memuat 3
lori yang masing – masing mempunyai berat rata-rata 3,3 – 3,5 ton. Dengan transfer
carriage lori diarahkan ke rel sterilizer yang diinginkan.
Kemudian diserikan sebanyak 12 lori untuk
dimasukan kedalam sterilizer. Pemasukan lori ke dalam sterilizer
menggunakan loader.
2. Sterilizer
Sterilisasi
adalah proses perebusan dalam suatu bejana yang disebut dengan sterilizer.
Adapun fungsi dari perebusan adalah sebagai berikut:
1. Mematikan enzyme.
2. Memudahkan lepasnya brondolan
dari tandan.
3. Mengurangi kadar air dalam buah.
4. Melunakkan mesocarp
sehingga memudahkan proses pelumatan dan
pengepressan.
5. Memudahkan lepasnya kernel dari
cangkangnya.
Proses perebusan dilakukan selama 85 -95 menit.
Untuk media pemanas dipakai steam dari BVP (Back Pressure Vessel) yang
bertekanan 2,8-3 bar.
Perebusan dilakukan dengan sistem 3 peak
( tiga puncak tekanan). Puncak pertama tekanan sampai 1,5 Kg/cm2,
puncak kedua tekanan sampai 2,0 Kg/cm2 dan puncak ketiga
tekanan sampai 2,8 – 3,0 Kg/cm2.
Berikut proses perebusan sistem tiga peak
:
- Deaeration dilakukan
2 menit, dimana posisi condensate terbuka.
- Memasukkan uap untuk peak pertama
yang dicapai dalam waktu 10 menit. Biasanya tekanan mencapai 1,2 bar.
- Uap dan kondensat dibuang sampai tekanan
menjadi 0 bar dalam waktu 5 menit.
- Uap dimasukkan selama 15 menit untuk
mencapai tekanan 2 bar.
- Uap kondensat dibuang lagi selama 3 menit.
- Kemudian steam dimasukkan lagi
untuk mencapai peak ke-3 dalam waktu 15 – 20 menit.
- Setalah peak ketiga tercapai maka
dilakukan penahanan selama 40 – 50 menit.
- Uap kondensat dibuang selama 5 – 7 menit
sampai tekanan 0
3. Thresser
Setelah
perebusan TBS yang telah masak diangkut ke thresser dengan mengggunakan
hoisting crane yang mempunyai daya angkat 5 ton. Lori diangkat dan dibalikkan
diatas hopper thresser (auto feeder).
Pada stasiun
ini tandan buah segar yang telah direbus siap untuk dipisahkan antara
berondolan dan tandannya. Sebelum masuk kedalam thresser TBS yang telah
direbus diatur pemasukannya dengan menggunakan auto feeder. Dengan
menggunakan putaran TBS dibanting sehingga berondolan lepas dari tandannya dan
jatuh ke conveyor dan elevator untuk didistribusikan ke rethresser
untuk pembantingan kedua kalinya. Thresser mempunyai kecepatan putaran
22 – 25 rpm. Pada bagian dalam thresser, dipasang batang-batang besi
perantara sehingga membentuk kisi-kisi yang memungkinkan berondolan keluar dari
thresser. Untuk tandan kosong sendiri didistribusikan dengan empty
bunch conveyor untuk didistribusikan ke penampungan empty bunch.
4. Stasiun Press
Berondolan yang
keluar dari thresser jatuh ke conveyor, kemudian diangkut
dengan fruit elevator ke top cross conveyor yang mendistribusikan
berondolan ke distributing conveyor untuk dimasukkan dalam tiap-tiap digester.
Digester adalah tangki silinder tegak yang dilengkapi pisau-pisau
pengaduk dengan kecepatan putaran 25-26 rpm, sehingga brondolan dapat dicacah
di dalam tangki ini. Bila tiap-tiap digester telah terisi penuh maka
brondolan menuju ke conveyor recycling, diteruskan ke elevator untuk
dikembalikan ke digester. Tujuan pelumatan adalah agar daging buah
terlepas dari biji sehingga mudah di-press. Untuk
memudahkan pelumatan buah, pada digester di-inject steam bersuhu
sekitar 90 – 95 °C.
Berondolan yang telah lumat masuk ke dalam screw
press untuk diperas sehingga dihasilkan minyak (crude oil). Pada
proses ini dilakukan penyemprotan air panas agar minyak yang keluar tidak
terlalu kental (penurunan viscositas) supaya pori-pori silinder tidak
tersumbat, sehingga kerja screw press tidak terlalu berat. Penyemprotan
air dilakukan melalui nozzle-nozzle pada pipa berlubang yang dipasang
pada screw press. Kapasitas mesin press adalah 15 ton per jam.
Tekanan mesin press harus diatur, karena
bila tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan inti pecah dan screw press
mudah aus. Sebaliknya, jika tekanan mesin press terlalu rendah maka oil
losses di ampas tinggi.
Minyak hasil mesin press kemudian menuju
ke sand trap tank untuk pengendapan. Hasil lain adalah ampas (terdiri
dari biji dan fiber), yang akan dipisahkan dengan menggunakan cake breaker
conveyor (CBC).
5. Stasiun Pemurnian
Minyak yang
berasal dari stasiun press masih banyak mengandung kotoran-kotoran yang
berasal dari daging buah seperti lumpur, air dan lain-lain. Untuk mendapatkan
minyak yang memenuhi standar, maka perlu dilakukan pemurnian terhadap minyak
tersebut. Pada stasiun ini terdiri dari beberapa unit alat pengolah untuk
memurnikan minyak produksi, yang meliputi : Sand Trap Tank, Vibrating
Screen, Crude Oil Tank, Continous Settling Tank (CST), Oil
Tank, Purifier, Vacum Dryer, Sludge Oil Tank, Sludge
Vibrating Screen, Sludge Centrifuge, Fat Pit, dan Storage
Tank.
a. Sand Trap Tank
Minyak hasil
mesin press merupakan minyak mentah yang masih banyak mengandung
kotoran-kotoran. Minyak tersebut masuk ke sand trap tank untuk
mengendapkan partikel-partikel yang mempunyai densitas tinggi. Sand trap
tank adalah sebuah bejana yang berbentuk silinder tegak.
b. Vibrating Screen
Minyak bagian
atas dari sand trap tank yang masih mengandung serat dan sedikit kotoran
dialirkan ke ayakan getar (vibrating screen). Proses penyaringan memakai
vibrating screen bertujuan untuk memisahkan padatan, seperti : serabut,
pasir, tanah dan kotoran-kotoran lain yang masih terbawa dari sand trap tank.
Vibrating yang digunakan adalah double deck vibrating screen,
dimana screen pertama berukuran 30 mesh dan screen kedua
40 mesh. Padatan yang tertahan pada ayakan akan dikembalikan ke digester
melalui conveyor, sedangkan minyak dipompakan ke crude oil tank.
c. Crude Oil Tank (COT)
Minyak yang
keluar dari vibrating screen dialirkan ke crude oil tank untuk
ditampung sementara. Pada crude oil tank ini minyak dipanaskan dengan steam melalui
sistem pipa pemanas, dan suhu dipertahankan 90-95°C. Dari sini minyak
dipompakan ke CST (Continuous Settling Tank).
d. Continous Settling Tank (CST)
Minyak dari COT
dipompakan ke CST dimana sebelumnya dilewatkan ke buffer tank agar
aliran minyak masuk ke CST tidak terlalu kencang. CST bertujuan untuk
mengendapkan lumpur (sudge) berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Di CST
suhu dipertahankan 86-90 oC. Minyak pada bagian atas CST dikutip
dengan bantuan skimmer menuju oil tank, sedangkan sludge
(yang masih mengandung minyak) pada bagian bawah dialirkan secara underflow ke sludge
vibrating screen sebelum ke sludge oil tank. Sludge dan pasir yang
mengendap didasar CST di-blowdown untuk dibawa ke sludge drain tank
.
e. Oil Tank
Minyak dari CST
menuju ke oil tank untuk ditampung sementara waktu, sebelum dialirkan ke
oil purifier. Dalam oil tank juga terjadi pemanasan (75-80°C) dengan
tujuan untuk mengurangi kadar air.
f. Purifier
Di dalam purifier
dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran dan kadar air yang terdapat
pada minyak berdasarkan atas perbedaan densitas dengan menggunakan gaya
sentrifugal, dengan kecepatan perputarannya 7500 rpm. Kotoran dan air yang
memiliki densitas yang besar akan berada pada bagian yang luar (dinding bowl),
sedangkan minyak yang mempunyai densitas lebih kecil bergerak ke arah poros dan
keluar melalui sudu-sudu untuk dialirkan ke vacuum drier. Kotoran dan
air yang melekat pada dinding di-blowdown ke saluran pembuangan untuk
dibawa ke Fat Pit.
g. Vacuum Drier
Minyak yang
keluar dari purifier masih mengandung air, maka untuk mengurangi kadar
air tersebut, minyak dipompakan ke vacuum drier. Di sini minyak
disemprot dengan menggunakan nozzle sehingga campuran minyak dan air
tersebut akan pecah. Hal ini akan mempermudah pemisahan air dalam minyak,
dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih rendah dari air akan turun ke
bawah dan kemudian dipompakan ke storage tank.
h. Sludge Tank
Untuk overflow
dari tangki ini di alirkan ke drain tank sedangkan under flownya dialirkan ke
vibrating screen dan brush strainer atau langsung ke bak transit untuk
dipompakan ke sand cyclone. Untuk mempercepat pengendapan lumpur, sludge
dipanaskan (80-90oC) dengan menggunakan uap yang dialirkan melalui
coil pemanas. Sehingga densitas minyak menjadi lebih rendah dan lumpur
halus yang melekat pada minyak akan terlepas dan mengendap pada dasar tangki.
Dari sand cyclone atau brush strainer sludge
dialirkan ke balance tank sebagai umpan untuk decanter atau sludge centrifuge.
i. Sludge centrifuge
Sludge
centrifuge untuk mengolah sludge. Sludge Centrifuge adalah alat yang digunakan
untuk memisahkan minyak yang masih terkandung di dalam sludge, dengan
cara pemisahan berdasarkan gaya sentrifugal. Didalam sludge centrifuge ini
terdapat bowl yang berputar 1450 rpm, bowl ini berbentuk bintang yang
diujungnya terdapat nozzle dengan diameter lubang tertentu dan nozzle ini dapat
diganti sesuai keinginan.
Prinsip
kerjanya adalah nozzle separator berputar dengan gaya centifugal dimana
pemisahannya, fraksi berat ( lumpur, kotoran ) terlempar ke dinding bowl
dan fraksi ringan (air dan minyak) akan ketengah. Minyak yang mempunyai
densitas lebih kecil akan menuju poros dan terdorong keluar melalui sudu-sudu
(paring disk), dan ditampung di reclaimed tank sebelum dipompakan oleh
reclaimed oil pump untuk alirkan kembali ke CST. Sedangkan sludge (mengandung
air) yang mempuyai densitas lebih besar akan terdorong ke bagian dinding bowl
dan keluar melalui nozzle, kemudian sludge keluar melalui saluran pembuangan
menuju fat pit.
j. Sludge drain tank
Lapisan bawah
dari CST, dan sludge tank pada selang waktu tertentu didrain menuju sludge
drain tank. Di sludge drain tank minyak mengalir tenang dan dibiarkan overflow
untuk mengalir dan ditampung pada reclaimed tank, dan kemudian dipompakan
kembali ke CST untuk kemudian dimurnikan lagi. Sedangkan kotoran dan air
dialirkan menuju fat pit.
k. Fat Pit
Sebelum sludge
di buang ke kolam pengolahan limbah, terlebih dahulu ditampung di fat pit
dengan maksud agar minyak yang masih terbawa dapat terpisah kembali. Di Fat Pit
diinjeksikan uap sebagai pemanas untuk mempermudah proses pemisahan minyak
dengan kotoran. Minyak yang ada pada permukaan dibiarkan melimpah (overflow).
Selanjutnya minyak ditampung pada sebuah bak pada pinggiran kolam fat pit, dan
kemudian dipompakan kembali ke sludge drain tank.
l. Storage Tank
Minyak dari
vacuum dryer, kemudian dipompakan ke storage tank (tangki timbun), pada suhu
simpan 45-55°C. Setiap hari dilakukan pengujian mutu. Minyak yang dihasilkan
dari daging buah berupa minyak yang disebut Crude Palm Oil (CPO).
6. Stasiun Kernel
Pada stasiun
ini dilakukan aktifitas pemisahan serabut dari nut, pemisahan inti dari
cangkangnya dan juga pengeringan inti. Peralatan yang digunakan di stasiun ini
, diantaranya : Cake Breaker Conveyor (CBC), Depericarper, Nut Silo, Ripple
Mill, Claybath, dan Kernel Silo.
1. Cake Breaker Conveyor (CBC)
Ampas dari
screw press yang terdiri dari fiber dan nut yang masih menggumpal masuk ke CBC.
CBC merupakan suatu screw conveyor namun screwnya dipasang palt persegi sebagai
pelempar fiber dan nut. CBC berfungsi untuk mengurai gumpalan fiber dengan nut
dan membawanya ke depericarper.
2. Depericarper
Depericarper
adalah alat untuk memisahkan fiber dengan nut. Fiber dan nut dari CBC masuk ke
separating column. Disini fraksi ringan yang berupa fiber dihisap dengan
fibre cyclone dan di tampung dalam hopper sebagai bahan bakar pada boiler.
Sedangkan fraksi berat berupa nut turun ke bawah masuk ke polishing drum.
3. Nut Polishing Drum
Nut polishing
drum berupa drum berlubang-lubang yang berrputar. Akibat dari perputaran ini
terjadi gesekan yang mengakibatkan serabut yang masih menempel pada nut
terkikis dan terpisah dari nut. Nut jatuh, selanjutnya nut diangkut oleh nut
conveyor dan destoner (second depericarper) untuk memisahkan batu dan benda –
benda yang lebih berat dari nut seperti besi. Nut yang terbawa ke atas jatuh
kembali di dalam air lock dan di tampung oleh nut elevator untuk dibawa ke
dalam nut silo.
4. Nut Silo
Fungsi dari
alat ini sebagai tempat penampungan nut, hal ini dilakukan untuk mengurangi
kadar air sehingga lebih mudah dipecah dan inti lekang dari cangkangnya.
5. Ripple Mill
Biji dari nut
silo masuk ke ripple mill untuk dipecah sehingga inti terpisah dari cangkang.
Biji yang masuk melalui rotor akan mengalami gaya sentrifugal sehingga biji
keluar dari rotor dan terbanting dengan kuat yang menyebabkan cangkang pecah.
Setelah dipecahkan inti yang masih bercampur dengan kotoran-kotoran di bawa ke
kernel grading drum.
6. Kernel Grading Drum
Pada kernel
grading drum ini di saring antara nut,shell dan kotoran dengan nut yang belum
terpecahkan. Untuk nut shell dan kotoran lolos dari saringan dibawa ke LTDS.
Sementara untuk nut atau yang tertahan dikembalikan ke nut conveyor.
7. Light Tenera Dry Separator
(LTDS)
Pada bagian ini
akan terjadi pemisahan dimana fraksi-fraksi yang lebih ringan akan dihisap oleh
LTDS cyclone. Fraksi-fraksi yang ringan di hisap yang terdiri dari cangkang dan
serabut akan di bawa ke shell hopper melalui fibre and shell conveyor. Inti dan
sebagian cangkang yang belum terpisahkan, dipisahkan lagi pada clay bath.
8. Clay Bath
Clay bath
adalah alat pemisahan Inti dengan cangkang. Proses pemisahan ini secara basah
yang menggunakan larutan CaCO3 dan air dengan ukuran partikel CaCO3
lolos mesh 400. Clay bath berfungsi sebagai larutan pemisah antara kernel dan
cangkang berdasarkan berat jenis. Berat jenis Kernel basah = 1,07 dan berat
jenis cangkang = 1,15 – 1,20, maka untuk memisah kernel dan cangkang tersebut
dibuat larutan dengan berat jenis = 1,12. Bagian yang ringan akan mengapung dan
bagian yang berat akan tenggelam. Inti yang merupakan fraksi ringan akan dibawa
ke kernel silo untuk disimpan dengan suhu tertentu.
9. Kernel Silo
Inti yang masih
mengandung air, perlu dikeringkan sampai kadar air 7%. Inti yang berasal dari
pemisahan di clay bath melalui top wet kernel conveyor didistribusikan ke dalam
unit kernel silo untuk dilakukan proses pengeringan. Pada kernel silo ini inti
akan dikeringkan dengan menggunakan udara panas dari steam heater yang
dihembuskan oleh Fan kernel silo ke dalam kernel silo. Pengeringan dilakukan
pada temperatur 60-80°C selama 4-8 jam. Kernel yang telah dikeringkan ini
dibawa ke kernel bulk silo melalui dry kernel transport fan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam kehidupan tradisional, buah kelapa
merupakan sumber nutrisi yang berasal dari buah dagingnya yang mengandung
banyak santan dengan rasa gurih dan minyak. Di beberapa kepulauan sekitar
khatulistiwa, kelapa telah dikonsumsi dan memperkaya makanan penduduk untuk
berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus generasi. Dari proses pembuatannya, minyak
lapa umumnya dibagi ke dalam dua tegori utama yaitu minyak kelapa biasa efined
Bleached and Deodorized Oil/RBD Oil) dan minyak kelapa murni (Virgin )conut
Oin.
Pembuatan minyak kelapa diawali
dengan pembuatan santan kelapa yang merupakan cairan hasil ekstraksi dari
kelapa parut dengan menggunakan air. Bila santan didiamkan, secara pelan-pelan
akan terjadi pemisahan bagian yang kaya dengan minyak (disebut krim) dengan
bagian yang miskin dengan minyak(disebut skim). Krim lebih ringan dibanding
skim sehingga krim berada pada bagian atas dan skim di bawah. Minyak kelapa
dapat dibuat dengan berbagai cara, salah satu caranya disebut Cara Basah yang
relatif sederhana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar